Search
Insight

7 Perbedaan Low Poly dan High Poly dalam 3D Animasi

perbedaan low poly dan high poly

Dalam dunia 3D animasi, memahami perbedaan low poly dan high poly adalah langkah penting untuk kamu yang ingin serius mendalami bidang ini.

Dua pendekatan modeling ini tidak cuma soal jumlah polygon, tetapi juga menyangkut efisiensi produksi, kualitas visual, dan kebutuhan dari project itu sendiri.

Apakah kamu sedang belajar modeling untuk game, film, atau sekadar eksplorasi seni digital? Artikel ini akan membahas semua aspek penting dari perbedaan low poly dan high poly yang perlu kamu tahu sebelum mulai berkarya.

Mari telusuri lebih lanjut!

Apa Itu Model High Poly?

Sebelum kamu bisa membandingkan, penting untuk memahami dulu apa yang dimaksud dengan model high poly. Ini adalah jenis modeling yang biasanya digunakan untuk hasil visual yang super detail dan realistis.

Model high poly adalah model 3D yang menggunakan jumlah polygon yang sangat tinggi untuk menciptakan bentuk dan permukaan yang lebih halus.

Setiap detail kecil dari objek, seperti tekstur kulit, lipatan kain, atau guratan logam, dibentuk langsung menggunakan banyak polygon.

Model ini biasanya digunakan dalam produksi film, cinematic trailer, atau rendering produk yang membutuhkan kualitas ultra-realistik.

Baca Juga: Animasi Stop Motion: Kelebihan, Kekurangan, dan Jenis-Jenisnya

Ciri-Ciri Model High Poly

  • Mengandung ratusan ribu hingga jutaan polygon.
  • Proses modeling dan rendering membutuhkan komputer dengan spesifikasi tinggi.
  • Hasil visual sangat detail dan realistis.
  • Umumnya digunakan untuk closeup shot atau highresolution rendering.
  • Kurang ideal untuk realtime rendering seperti di game.

Apa Itu Model Low Poly?

Kalau kamu suka desain simpel dan efisien, kamu pasti akan tertarik dengan konsep low poly. Meski sederhana, bukan berarti kualitasnya jelek, lho!

Model low poly adalah model 3D yang dibentuk menggunakan jumlah polygon yang relatif sedikit. Ini membuat model lebih ringan, mudah diproses, dan ideal untuk kebutuhan realtime seperti dalam game, aplikasi interaktif, atau AR/VR.

Ciri-Ciri Model Low Poly

  • Menggunakan sedikit polygon, biasanya di bawah 10.000.
  • Desain terlihat lebih geometris dan tidak terlalu detail.
  • Cocok untuk animasi realtime atau mobile apps.
  • Lebih cepat dalam proses rendering dan loading.
  • Gaya visualnya bisa tetap estetik dengan pendekatan minimalis.

Baca Juga: 19 Film Animasi Terbaik yang Wajib Disaksikan

7 Perbedaan Low Poly dan High Poly dalam 3D Animasi

Sekarang, kita masuk ke inti pembahasan. Berikut ini adalah tujuh perbedaan utama antara low poly dan high poly dalam konteks 3D animasi:

1. Jumlah Polygon

Perbedaan paling mendasar antara low poly dan high poly terletak pada jumlah polygon yang digunakan untuk membentuk objek. Model low poly hanya menggunakan sedikit polygon, sehingga bentuknya lebih sederhana dan ringan secara teknis.

Di sisi lain, model high poly menggunakan banyak polygon, bahkan bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan, untuk menciptakan detail yang sangat halus dan realistis. Jumlah polygon ini menentukan kompleksitas model secara keseluruhan.

2. Tampilan Visual

Secara visual, model low poly cenderung menampilkan tampilan yang lebih geometris, kaku, dan terkesan simpel. Namun, gaya ini justru bisa jadi pilihan estetik tersendiri, terutama untuk game indie atau visual yang mengusung gaya retro.

Sementara itu, model high poly menonjolkan hasil akhir yang smooth dan realistis, dengan permukaan yang lebih natural dan tekstur yang mendetail. Efek visual yang dihasilkan dari model high poly sering digunakan untuk kebutuhan sinematik atau iklan produk.

3. Proses Rendering

Model low poly unggul dalam hal rendering karena lebih ringan dan tidak membutuhkan proses yang panjang. Ini membuatnya ideal untuk kebutuhan realtime seperti dalam video game, aplikasi mobile, atau AR/VR.

Berbeda dengan itu, model high poly memerlukan proses rendering yang jauh lebih kompleks dan memakan waktu. Karena jumlah polygon yang besar, render time bisa lebih lama dan membutuhkan perangkat dengan performa tinggi.

4. Kebutuhan Hardware

Karena perbedaan jumlah polygon dan kompleksitas visual, kebutuhan perangkat keras juga berbeda. Model low poly bisa diproses dan dijalankan dengan lancar di komputer atau perangkat dengan spesifikasi menengah. Ini sangat menguntungkan bagi pengembang game atau desainer yang bekerja di platform terbatas.

Sebaliknya, model high poly membutuhkan hardware dengan GPU dan RAM yang kuat karena beban data yang besar selama modeling dan rendering.

5. Penggunaan dalam Industri

Dalam praktik industri, model low poly banyak digunakan dalam pengembangan game, terutama game mobile atau platform berbasis web, karena kebutuhan efisiensi dan responsivitas.

Di sisi lain, model high poly lebih sering ditemukan dalam produksi film, cinematic trailer, atau visualisasi arsitektur, di mana kualitas gambar yang detail dan realistis menjadi prioritas utama.

6. Waktu Produksi

Waktu yang dibutuhkan untuk membuat model low poly umumnya lebih singkat karena bentuknya lebih sederhana dan tidak memerlukan detailing ekstrem. Hal ini membuat workflow menjadi lebih cepat dan efisien, terutama untuk proyek dengan deadline ketat.

Sementara itu, model high poly memerlukan waktu produksi yang lebih lama karena desainer harus mengerjakan detail-detail kecil yang memakan waktu, baik dalam modeling maupun texturing.

7. Fleksibilitas Penggunaan

Model low poly memberikan fleksibilitas yang tinggi untuk kebutuhan interaktif seperti game atau aplikasi online karena sifatnya yang ringan dan mudah dimanipulasi dalam waktu nyata.

Sedangkan model high poly lebih fokus pada penyajian visual berkualitas tinggi, biasanya untuk keperluan rendering statis atau sinematik. Oleh karena itu, pemilihan jenis model sangat tergantung pada tujuan akhir dari proyek yang sedang kamu kerjakan.

Baca Juga: 9 Cara Membuat Animasi Bergerak dengan Mudah dan Cepat

Kapan Menggunakan High Poly atau Low Poly?

Kamu mungkin bertanya-tanya, “Kapan sih harus pakai low poly, dan kapan harus high poly?” Jawabannya tergantung dari goal dan platform yang kamu targetkan.

Kalau kamu bekerja di proyek game, apalagi mobile game, maka low poly adalah pilihan yang tepat karena ringan dan responsif. Namun, kalau kamu ingin bikin rendering produk, trailer sinematik, atau visualisasi arsitektur dengan kualitas tinggi, high poly akan memberikan hasil yang maksimal.

Keduanya punya tempat dan fungsi masing-masing, jadi sebagai kreator, kamu perlu bisa menilai kebutuhan teknis dan artistik dari proyek yang kamu kerjakan.

Memahami perbedaan low poly dan high poly adalah bekal penting buat kamu yang ingin sukses di dunia animasi 3D. Dengan tahu kelebihan dan keterbatasan masing-masing, kamu bisa memilih pendekatan modeling yang paling cocok untuk kebutuhan proyek kamu. Ingat, bukan soal mana yang lebih baik, tetapi mana yang paling tepat untuk konteks penggunaannya.

Ingin Mulai Berkarier di Visual Kreatif Profesional? Yuk, Daftar Jurusan Animasi SAE Hari Ini!

Kalau kamu tertarik untuk belajar lebih dalam tentang dunia animasi 3D dan semua elemen penting di dalamnya, SAE Indonesia punya program kuliah jurusan animasi di SAE yang dirancang dengan kurikulum internasional dan pendekatan praktis.

Di sini kamu tidak cuma belajar teori, tetapi langsung praktik menggunakan alat dan software yang dipakai di industri profesional. Kamu juga akan dibimbing oleh dosen-dosen yang merupakan praktisi industri, dan bisa terhubung dengan jaringan alumni global yang aktif di berbagai bidang kreatif.

SAE adalah kampus animasi Indonesia yang jadi pilihan terbaik buat kamu yang mau belajar serius di dunia animasi dengan standar industri global. Jangan tunda lagi, daftar sekarang di SAE hari ini dan jadilah bagian dari generasi kreatif masa depan!