Search
Insight

9 Perbedaan Film Dokumenter dan Film Fiksi yang Harus Kamu Ketahui

perbedaan film dokumenter dan film fiksi

Penasaran dengan perbedaan film dokumenter dan film fiksi? Kalau iya, kamu berada di tempat yang tepat. Di dunia perfilman, kedua genre ini memiliki karakteristik yang unik dan masing-masing menyuguhkan pengalaman berbeda bagi penontonnya. Artikel ini akan membahas secara mendalam 9 perbedaan film dokumenter dan film fiksi yang wajib kamu ketahui. Yuk, simak terus artikel ini untuk memahami bagaimana kedua jenis film tersebut mengemas cerita, teknik pembuatan, serta dampaknya terhadap penonton!

baca juga: 5 Cara Membuat Cerita Plot Twist yang Mengesankan dalam Film

9 Perbedaan Film Dokumenter dan Film Fiksi

Sebelum kita masuk ke pembahasan utama, penting untuk memahami bahwa film dokumenter dan film fiksi adalah dua genre yang melayani tujuan yang berbeda.

Perbedaan esensial antara film dokumenter dan film fiksi bukan hanya terletak pada gaya visual atau cara penyajian cerita saja, melainkan juga menyangkut definisi dan tujuan genre, sumber materi dan proses, serta dampak sosial dan budaya yang ditimbulkannya.

Di sini kita akan mengulas secara lengkap bagaimana kedua genre yang melayani tujuan berbeda ini memiliki pendekatan unik dalam materi dan proses pembuatan.

1. Definisi dan Tujuan

Film Dokumenter merupakan karya non-fiksi yang berfungsi untuk menyajikan kejadian nyata manusia, baik melalui wawancara, rekaman arsip, maupun pengamatan langsung.

Dokumenter menitikberatkan pada penelitian dan perekaman kenyataan, bertujuan memberikan informasi faktual yang mendalam.

Oleh karena itu, sumber materi dan proses produksinya bersifat nyata dan otentik, didasarkan pada bukti dan fakta. Ini membuat dokumenter menjadi alat yang kuat dalam menyuarakan isu-isu penting.

Sebaliknya, film fiksi dibangun berdasarkan kisah nyata atau sepenuhnya rekaan, dengan tujuan utama menghibur dan menyampaikan cerita yang dramatis.

Film fiksi dibangun dari skenario, yang ditulis oleh tim kreatif seperti creative director, producer, dan writer.

Dalam hal ini, penggunaan narasi dan skenario menjadi tulang punggung dari keseluruhan alur cerita. Fiksi memberi ruang besar untuk eksplorasi emosi, karakter, dan konflik yang menggugah.

2. Teknik Bercerita

Teknik bercerita dalam dokumenter sangat bergantung pada arsip atau pengamatan langsung, serta wawancara yang memberikan suara autentik dari subjek.

Fokusnya adalah penyampaian fakta secara jujur, dengan perlakuan khusus dalam menghormati narasumber dan sumber informasi.

Film dokumenter juga berupaya untuk tidak menambahkan unsur dramatisasi berlebihan, dan sering menampilkan fenomena alam tanpa manipulasi.

Sementara itu, dalam fiksi, film fiksi dibangun menggunakan skenario terstruktur yang memungkinkan pengolahan alur secara bebas.

Editing dan visual diarahkan untuk menghidupkan karakter beserta cerita, membuat penonton tenggelam dalam dunia rekaan.

Karena itu, proses produksinya lebih terkait dengan penciptaan ketegangan, emosi, dan daya tarik visual yang kuat.

3. Keaslian Data vs. Interpretasi Artistik

Keaslian adalah ciri utama dokumenter. Film dokumenter dan film fiksi berbeda dalam dunia perfilman karena dokumenter menggunakan sumber materi yang bersifat nyata dan ditampilkan sesuai fakta lapangan.

Materi dokumenter didapat dari penelitian dan perekaman kenyataan yang detail, seperti wawancara, dokumen, hingga footage sejarah.

Sebaliknya, fiksi adalah karya yang dibangun berdasarkan kisah nyata atau murni imajinasi. Walau terinspirasi dari realita, fiksi dibangun berdasarkan kisah yang telah dimodifikasi agar lebih menarik secara emosional dan dramatis. Ini memberi kebebasan artistik yang lebih luas bagi tim kreatif.

4. Sumber Cerita: Realitas vs. Rekaan

Dokumenter berasal dari dunia nyata. Ceritanya dibangun melalui riset, wawancara, dan observasi langsung.

Tak jarang pula dokumenter mengangkat film biografi yang membutuhkan pendekatan realistis dan empatik terhadap subjek. Sumber materi dan proses pengumpulannya pun dilakukan secara mendalam.

Film fiksi di sisi lain bebas berimajinasi. Walau film fiksi dibangun berdasarkan kisah nyata atau isu sosial, cerita diolah dengan tambahan elemen dramatis untuk menciptakan pengalaman yang berbeda bagi penonton. Hal ini menjadikan fiksi sebagai genre yang fleksibel secara naratif.

5. Pemilihan Pemeran: Orang Asli vs. Aktor

Dalam dokumenter, tokoh yang tampil biasanya adalah mereka yang benar-benar mengalami peristiwa tersebut.

Tidak ada akting atau rekaan, karena tujuannya adalah menyampaikan realitas. Bahkan pemeran dan kru film dokumenter seringkali bekerja dengan pendekatan jurnalis.

Berbeda dengan itu, film fiksi menggunakan aktor profesional yang mampu menghidupkan karakter beserta cerita secara dramatis.

Mereka diarahkan oleh sutradara dan didukung oleh tim seperti creative director dan writer untuk memastikan karakter dalam skenario tampil meyakinkan dan emosional.

6. Gaya Visual dan Teknik Produksi

Gaya visual dokumenter cenderung sederhana dan natural. Kamera genggam, cahaya alami, serta footage yang minim editan menjadi ciri khas yang mencerminkan kejujuran narasi. Fenomena alam tanpa manipulasi juga sering ditampilkan sebagai bentuk keaslian.

Sementara itu, film fiksi menekankan estetika. Dari set, pencahayaan, hingga efek visual, semuanya ditata untuk menciptakan pengalaman yang berbeda.

Dalam hal ini, proses produksinya lebih terkait dengan membangun atmosfer dan dunia cerita yang penuh imajinasi.

7. Proses Editing dan Narasi

Editing dalam dokumenter difokuskan untuk menjaga urutan fakta dan membangun alur informatif. Sering kali narasi disusun berdasarkan rekaman arsip atau pengamatan, komentar ahli, dan wawancara subjek utama.

Sebaliknya, editing fiksi menekankan emosi dan dramatisasi. Teknik seperti montage, cross-cutting, dan slow motion sering digunakan agar penonton lebih terlibat.

Ini menunjukkan bahwa film fiksi dibangun dari skenario yang memungkinkan penciptaan ritme cerita yang menarik.

8. Interaksi dan Harapan Penonton

Penonton dokumenter berharap mendapatkan insight, wawasan, dan data yang akurat. Mereka tertarik pada nyata seperti wawancara rekaman atau data yang belum banyak diketahui publik.

Sedangkan penonton film fiksi biasanya mencari hiburan dan pengalaman emosional. Dengan alur dan konflik yang dikembangkan secara intens, fiksi mampu menciptakan dunia serta karakter yang terasa nyata dan menginspirasi.

9. Dampak Sosial dan Budaya

Dokumenter dapat menjadi alat advokasi yang kuat. Karena film dokumenter menggunakan sumber dari realitas, banyak dokumenter yang sukses memengaruhi opini publik, menggerakkan kampanye sosial, hingga berdampak pada kebijakan.

Sementara fiksi, meskipun lebih menghibur, tetap memiliki kekuatan membentuk budaya. Film fiksi dibangun dengan narasi yang bisa menyuarakan kritik sosial atau mencerminkan nilai masyarakat. Ceritanya bisa menyentuh emosi, menyadarkan, dan bahkan menginspirasi perubahan.

Baik film dokumenter dan film fiksi adalah dua genre yang sama-sama penting di dunia perfilman. Keduanya melayani tujuan yang berbeda, tetapi mampu memberikan dampak yang besar kepada penonton. Memahami definisi dan tujuan genre ini akan membantumu menentukan pendekatan terbaik dalam membuat karya visual, baik yang berbasis fakta maupun imajinasi.

Sebelum kita lanjut ke kesimpulan, perbedaan-perbedaan yang telah dijabarkan di atas menunjukkan bahwa perbedaan film dokumenter dan film fiksi mencakup aspek yang sangat mendasar dari cara cerita diungkapkan, diproduksi, dan diterima oleh penonton. Masing-masing memiliki keistimewaan sendiri yang membuat kita sebagai penonton dapat memilih sesuai dengan selera dan tujuan.

Dari pembahasan di atas, jelas bahwa perbedaan antara film dokumenter dan film fiksi terletak pada berbagai aspek fundamental seperti tujuan, teknik bercerita, keautentikan data, pemilihan pemeran, gaya visual, proses editing, interaksi penonton, dan dampak sosial. Film dokumenter mengutamakan penyampaian fakta dengan cara yang jujur dan autentik, sementara film fiksi memberikan ruang bagi kreativitas dan interpretasi artistik yang memikat.

Bagi kamu yang ingin memahami dengan lebih mendalam perbedaan film dokumenter dan film fiksi, mengetahui aspek-aspek ini dapat membantu dalam memilih tayangan yang sesuai dengan keinginan, apakah untuk menambah wawasan atau sekadar menghibur diri dengan alur cerita yang dramatis dan penuh imajinasi.

Dengan melihat perbandingan ini, kamu juga bisa mendapatkan perspektif baru tentang bagaimana film bisa menjadi media yang powerful dalam menyampaikan pesan, baik secara realistis maupun melalui interpretasi kreatif. Setiap genre memiliki kelebihan dan keunikan masing-masing yang, ketika dikaji, bisa menambah pengetahuan dan menginspirasi dalam berbagai bidang, mulai dari dunia pendidikan hingga industri kreatif.

baca juga: Serba-Serbi Perbedaan DKV dan Animasi serta Desain Grafis yang Perlu Diketahui

Tertarik dengan Dunia Perfilman? Yuk Daftar Kuliah Film dan Televisi di SAE Indonesia Sekarang!

Itulah beberapa insight tentang perbedaan film dokumenter dan film fiksi yang wajib kamu ketahui. Setiap jenis film memiliki daya tarik dan kekuatan tersendiri untuk mengubah cara pandang kita terhadap kehidupan dan dunia sekitar.

Jika kamu tertarik untuk lebih mendalami dunia perfilman atau bahkan belajar bagaimana membuat film yang bisa menginspirasi, mengapa tidak mempertimbangkan untuk bergabung dengan program studi yang tepat?

Daftarkan dirimu di Program Studi Film dan Televisi di SAE Indonesia – tempat pelatihan dan pendidikan media kreatif terbaik di Indonesia. Di sini, kamu akan mendapatkan pengetahuan mendalam tentang dunia perfilman, dari teknik penyutradaraan hingga penulisan skenario dan produksi.

Kamu tidak perlu khawatir dengan kualitas belajar yang akan didapatkan, karena SAE memiliki berbagai keunggulan, seperti:

  • Kurikulum internasional.
  • Dosen praktisi industri.
  • Partisipasi alumni yang aktif. 
  • Jaringan alumni secara global.
  • Kurikulum vokasional.
  • Ekosistem Industri.
  • Pengalaman mahasiswa langsung di lapangan.

Yuk, mulai perjalananmu menuju dunia perfilman yang seru dan penuh inovasi dengan mulai daftar di SAE Indonesia sekarang juga!